
Nah, asal mula saya merintis usaha "les privat" ini adalah bermula dari rasa
keputusasaan dalam menunggu kepastian masa depan, yaelaaah... Tapi beneran loh, soalnya waktu itu baru-baru lulus S1. Bayangkan, sarjana lulusan ITB adalah seorang pengangguran??? Apa kata dunia? (koq jadi mirip iklan pajak ya?). Sumpah, rasanya malu banget pas pulang kampung tiap ditanyain tetangga atau kerabat ortu. Ooo ini Lia yang di ITB ya? Udah lulus ya? Kerja dimana? Wakwaw.... Pertanyaan maut itu lah yang paling menyiksa batin seorang sarjana lulusan manapun, dikala belum ada satu perusahaan pun yang manggil buat tes. Bayangkan, CV sama Cover Letter bahkan legalisir ijazah pun udah duluan saya perbanyak semenjak masih di Bandung. Begitu berartinya menyandang status "karyawan" suatu perusahaan atau "pegawai" tepat saat setelah lulus kuliah. Sempat juga merasa diri "gak berguna" saat itu. Tapi Alhamdulillah, berkat dukungan mama yang memang punya darah seorang "pengusaha" berhasil meyakinkan saya untuk merealisasikan mimpi sejak kecil dulu, yaitu menjadi Bu Guru.
Apa yang saya lakukan? Nyaris tidak melakukan apa-apa. Soalnya hampir gak pake modal sama sekali. Mama juga yang membantu untuk melakukan publikasi ke tetangga-tetangga bahwa saya membuka les IPA dan Matematika, tak lupa Bahasa Inggris untuk anak SD.
Waktu itu setelah diskusi dengan mama soal harganya, kami sepakat Rp 5.000,-/ hari. Yup, saya pasang tarif per hari dengan jadwal menyesuaikan jam belajar di sekolah mereka tentunya. Saya hanya membutuhkan whiteboard, spidol berikut penghapus, ke warnet untuk ngumpulin soal-soal SD berbagai kelas. Sementara printer dan kertas HVS saya sudah punya. Awal-awal usaha ini menurut saya tidak saya jalankan secara profesional mengingat hanya bertahan 3 bulan karena mendapat panggilan beasiswa S2 ke Malaysia setelah itu.
Setelah menikah, saya memang udah sepakat sama suami bahwa saya gak berkarir. Ternyata, gak mudah untuk meninggalkan hal yang disukai begitu saja. Soalnya udah menjadi panggilan jiwa untuk mengajar :D kan cita-cita dari kecil hehehe... Setelah suami sepakat dengan ide saya untuk membuka les privat di desa Sangkima tercinta yang ada di pelosok kalimantan timur ini, berlanjutlah bisnis "les privat" yang sudah vacuum hampir 2 tahun. Nah, selama disinilah sampai sekarang saya mencobanya secara profesional karena melibatkan proses administrasi maupun keuangan serta sistem yang saya buat bersama seorang partner saya. Jadi, saya gak sendiri sekarang dalam menjalankan bisnis. Namun, ini hanya berlaku untuk siswa/i SD saja, sementara siswa/i SMP saya handle sendiri.
Nah, kami menamakan les privat kami sebagai "R&D Learning Consulting". Yang notabene R adalah inisial dari nama saya (Rosita) dan D untuk partner saya yaitu Dinna. Suami saya juga membantu dalam pendesainan logonya. Berbeda dengan sebelumnya, disini kami juga merancang selebaran (brosur) menarik untuk menggaet minat siswa atau orang tua mereka untuk mendaftar di lembaga les kami. Tidak tanggung-tanggung, suami juga mau memodali printer baru yang multifungsi (print, fotokopi dan scan). Hal ini sangat membantu sekali dalam mencetak selebaran yang telah saya dan suami desain. Disitu informasi lengkap, dari biaya, fasilitas yang tersedia, contact person, serta gambar-gambar untuk menarik perhatian. Tak kalah penting, kami juga menyediakan formulir pendaftaran yang telah didesain oleh partner saya. Setelah itu, saya pun menyebarkannya ke ibu-ibu pengajian :D. Strategi bisnis kami disini adalah publikasi dulu, terima formulir, baru lah kami mulai proses belajar-mengajarnya. Dan diluar dugaan, animo peserta dan ortunya untuk memasukkan les anak mereka sangat tinggi, mencapai 20 orang. Sementara target awal kami hanya 3 atau 5 orang saja yang mau ikut. Oya, kami hanya memberi les Matematika dan Bahasa Inggris.
Nah, sebelum proses belajar-mengajar, kami mengumpulkan modal awal sama banyak untuk membeli whiteboard, spidol, penghapus, poster dinding, kertas HVS ukuran A4, map-map penyimpan berkas. Saya yang sedari awal menginginkan lembaga konsultan pendidikan ini menjadi profesional (walaupun di pelosok), mewajibkan setiap anak memperoleh hak yang sama untuk mempunyai kartu bayar, kuitansi tanda terima (setelah pembayaran biaya bulanan), dan juga meja lipat per orang. Saya juga harus merelakan karpet lebar demi kenyamanan anak-anak belajar karena mereka kami tempatkan di garasi mobil yang sudah disulap menjadi ruangan belajar yang nyaman tentunya (belum punya mobil, soalnya rumah dinas :D). Alhamdulillah, les privat kami masih tetap bertahan terhitung sejak bulan Februari 2012 lalu. Syukur Alhamdulillah pula karena program ini pula saya terpilih sebagai finalist for Outstanding Young Alumni for Australian Alumni Award yang diselenggarakan di Hotel Four Season, Jakarta.


sumber : http://lia-dekros.blogspot.com
0 komentar:
Post a Comment
Blog Ini Adalah Blog Do Follow dan Auto Approve. Silakan Berkomentar sesuai konten postingan dengan santun, sopan, dan No Spam. You Comment I Follow.